Images: cdn.eizil.com |
Dan yang demikian itu mereka bersitumbuh
Saling merisik dengan kecupankecupan kecil
Mendongakkan keluguan
Saling merisik dengan kecupankecupan kecil
Mendongakkan keluguan
Terkadang mereka bertanyatanya
Kenapa alam sudi mewakafkan tubuhnya?
Sementara bengis sepatu seringkali menikam
Kenapa alam sudi mewakafkan tubuhnya?
Sementara bengis sepatu seringkali menikam
Mengentakkan derapderap keangkuhan, memuihkan lenganlengan
Benih kecil dicipta dari gigil malam
Diturunkan Tuhan sebagaimana adam-hawa
Ditakdirkan setegap tudung kehidupan
Diturunkan Tuhan sebagaimana adam-hawa
Ditakdirkan setegap tudung kehidupan
Dan yang demikian itu mereka masih bersikeras
Mengikhlaskan yang tak semestinya diikhlaskan
Seperti lengkuh nyala api di kegelapan (yang seringkali)
Mengisyaratkan kematian yang tak dapat ditunda
Mengikhlaskan yang tak semestinya diikhlaskan
Seperti lengkuh nyala api di kegelapan (yang seringkali)
Mengisyaratkan kematian yang tak dapat ditunda
Yogyakarta, 2015
Nb:
Puisi yang lolos
“kuratorial” di Lomba Cipta Puisi Genre Sastra Hijau Yayasan Bhakti
Suratto tahun 2015, yang dijuri,
salah satunya, oleh Pak Maman S Mahahaya. Pada waktu itu saya masih menggunakan
nama pena lama. Konon karya itu, kata panitianya, akan dibukukan dalam antologi
puisi 101 puisi terbaik bertema kelestarian lingkungan. Namun saya tak pernah
mendengar gaung kabarnya lagi, apakah benar-benar sudah dibukukan atau tidak.
Daftar peserta yang lolos bisa dilihat di link berikut ini (saya no. 47
kelompok D, Arief Erha Kiem) : https://rayakultura.net/puisi-puisi-unggulan-calon-pemenang-lomba-cipta-puisi-genre-sastra-hijau-lcpgsh-suratto-green-literary-award-2015/
Sayembara itu niatnya saya
jadikan sebagai ajang menjajal kemampuan meracik kata-kata, kasarannya,
mengukur seberapa besar kemampuan saya dalam mencipta puisi. Dan hasilnya,
lumayan lah ya. Tidak jelek-jelek amat.
By : Arief Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar